Hari Raya Idul Fitri identik dengan salaturahmi dan tentusaja ketupat. Ibarat kata hari raya tampa ketupat seperti sayur tanpa garam. Saat mengingat tentang enaknya ketupat itulah terlintas kembali kajian subuh di Bukit Cemara Tujuh Inn yang disampaikan oleh Ketua PWA Jatim Ibunda Siti Dalila Candrawati. Filsafat yang terkandung dalam kata ketupat yang merupakan akronim bahasa Jawa laku papat yang terjemahan bebasnya empat tingkah laku.
Dalam kajian di kediaman dr. Esty beliau menjelaskan bahwa laku papat ini adalah lebar, lebur, luber, dan labur. Lebar artinya hidangan ketupat berarti kita telah lebar atau selesai menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Lebur artinya diharapkan di hari Idul Fitri yang mulia kita berharap dengan puasa yang telah kita lakukan melebur dosa-dosa kita yang telah kita lakukan. Luber artinya kita selalu berharap dengan tersambungnya tali silaturahim yang kita jalin saat Idul Fitri akan memudahkan rizki kita, meluber memenuhi hidup kita datang dari segala pintu bahkan yang tidak kita sangka. Dan Labur artinya memperbaiki karena setelah menjalankan puasa di bulan Ramadhan diharapkan kita menjadi individu yang lebih baik, yaitu orang yang bertakwa.(Novi)